Waktu itu saya sedang praktek di klinik THT di RS. Seorang ibu muda masuk ke ruang periksa, tampak lelah namun lebih gelisah. Ia baru saja menjalani proses panjang menjadi ibu baru—mulai dari drama menyusui sampai gonta-ganti popok tengah malam. Tapi hari itu bukan soal popok… dia bercerita:

 

“Dok… anak saya nggak kaget waktu saya jatuhin piring. Saya kira dia tidur, tapi setelah saya coba bunyikan sendok di dekat telinganya, tetap nggak bereaksi.”  

 

“Saya sengaja jatuhkan remote TV, dia diam saja. Saya tepuk pintu, nggak ada reaksi. Nangis pun kadang tidak saat orang lain bicara keras-keras di dekatnya…”

 

Kalau Anda punya kekhawatiran serupa, berhenti sejenak. Tarik napas. Anda tidak sendiri

Kalau Anda punya kekhawatiran seperti itu, coba amati: apakah bayi Anda tidak terkejut atau bereaksi terhadap suara keras yang tiba-tiba? Tidak terbangun saat mendengar bunyi pintu dibanting? Tidak menoleh ketika Anda memanggilnya? Tidak mulai mengoceh atau meniru suara-suara? Atau baru saja dinyatakan REFER saat skrining OAE?

Jangan panik dulu. Karena MUNGKIN ada gangguan pendengaran, tapi mungkin belum tentu berarti pasti. Seperti ketika TV tidak bersuara, bisa jadi hanya karena volumenya di-mute, bukan karena speakernya rusak.

Di Amerika, lebih dari 3 juta anak mengalami gangguan dengar, dan sekitar 1,3 juta di antaranya masih di bawah usia 3 tahun. Jadi ini bukan hal langka. Bahkan sering kali, yang pertama kali menyadari ada yang “berbeda” adalah orang tua sendiri. Karena Anda yang paling dekat dengan anak.

Gangguan pendengaran bisa bersifat sementara—karena kotoran telinga, cairan di telinga tengah, atau infeksi ringan. Dalam banyak kasus, pendengaran akan membaik setelah pengobatan atau tindakan medis sederhana. Tapi ada juga jenis yang disebut sensorineural—gangguan pada saraf pendengaran—yang sifatnya permanen. Walau terdengar berat, harapan itu selalu ada.

Anak-anak dengan gangguan pendengaran permanen biasanya masih punya sisa pendengaran. Nah, sisa ini bisa dioptimalkan dengan alat bantu dengar dan terapi wicara. Bahkan, bila diketahui sejak dini, misalnya sejak usia 3 bulan, proses belajar bicara dan memahami bahasa bisa dimulai lebih cepat. Artinya, anak Anda tetap bisa tumbuh, bermain, dan belajar seperti anak-anak lainnya.

Kuncinya adalah deteksi dini. Jangan tunggu sampai anak tidak bisa bicara baru memeriksakan pendengarannya. Semakin cepat kita tahu, semakin besar peluangnya untuk tumbuh optimal.

Jika Anda mencurigai ada yang berbeda, jangan ragu untuk berkonsultasi. Di RS Columbia Asia Semarang, kami siap membantu melakukan pemeriksaan OAE, BERA, dan menyusun langkah terbaik bagi tumbuh kembang anak Anda. Karena setiap anak berhak mendengar suara dunia. Termasuk suara paling penting di hidupnya: suara Anda.

Apa Itu Pemeriksaan BERA?

BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry) adalah pemeriksaan untuk mengetahui apakah saraf pendengaran bayi berfungsi dengan baik. Tes ini sangat penting jika bayi sebelumnya dinyatakan REFER pada skrining OAE, atau dicurigai memiliki gangguan dengar.

Pemeriksaan ini tidak sakit dan sangat aman. Bayi akan ditempeli sensor kecil di kepala dan diberi suara lewat earphone khusus. Alat akan mencatat bagaimana otak merespons suara tersebut.

Idealnya, pemeriksaan dilakukan saat bayi dalam kondisi tidur, agar hasil lebih akurat dan bayi tidak bergerak.

Pemeriksaan BERA di RS Columbia Asia Semarang

Jika anak Anda perlu pemeriksaan BERA, berikut alurnya:

  1. Datang ke RS Columbia Asia Semarang
    Sebaiknya membawa rujukan dari dokter spesialis anak.
  2. Rujukan ditujukan ke:
    dr. Yanuar Iman Santosa, Sp.T.H.T.B.K.L., Subsp.A.I.(K), MSi.Med
  3. Akan dilakukan penjadwalan pemeriksaan OAE dan BERA.
    (Pemeriksaan BERA tidak bisa langsung dilakukan hari itu juga, karena ada persiapan khusus.)
  4. Kembali sesuai jadwal dengan kondisi telinga anak yang bersih dan sehat (tidak ada infeksi atau kotoran berlebih).
  5. Hasil pemeriksaan biasanya keluar di hari yang sama, tergantung jadwal pembacaan dokter konsultan.

Bagaimana Hasilnya Nanti?

Setelah hasil BERA keluar, dokter akan menjelaskan diagnosis dan langkah selanjutnya:

  • Gangguan dengar konduktif → Bisa bersifat sementara atau menetap. Dokter akan mencoba terapi dahulu dan evaluasi ulang.

  • Gangguan dengar sensorineural → Umumnya menetap. Akan disarankan alat bantu dengar, konsultasi dengan spesialis tumbuh kembang, dan terapi wicara.

  • Fungsi pendengaran normal → Artinya, tidak ada gangguan. Tetap pantau perkembangan bicara

"Karena setiap suara—terutama suara Anda—berarti segalanya bagi mereka."

dr. Yanuar Iman Santosa, Sp.T.H.T.B.K.L., Subsp. A.I.(K), MSi.Med

Spesialis THT, Konsultan Alergi Imunologi di RS Columbia Asia Semarang

Buat Janji dengan Dokter THT

Untuk memastikan kesehatan THT anak Anda, penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis. Anda dapat dengan mudah membuat janji dengan dr. Yanuar Iman Santosa, Sp. T.H.T.B.K.L., Subsp. A.I.(K), MSi Med, yang berpraktik di RS Columbia Asia Semarang. 

Segera Periksa Anak Anda

Contact us

Call Us

024 7629999

Our Location

Jl. Siliwangi No.143, Kalibanteng Kulon, Kec. Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah 50145